Rabu, 14 Januari 2015

Indonesia ke Myanmar : Singapore Airlines SQ 998 Airbus A330-300 Singapore - Yangon


Sebelum Terbang

Setelah cukup kenyang dengan Bread Kaya Butter dan kopi yang saya beli di Killiney, saya melangkahkan kaki ke boarding room. Setelah melewati pemeriksaan security saya menunggu sekitar 20 menit di ruang tunggu. Suasana pagi hari yang mendung di langit Singapura. Belum banyak aktivitas pergerakan pesawat dilandasan paju. Ruang tunggu yang didominasi dengan bangku warna ungu masih terkesan sepi.



Nampak pesawat Singapore Airlines Airbus A330-300 yang akan mengantarkan saya ke Yangon sudah berada didepan ruang tunggu. Panggilan memasuki pesawatpun diumumkan. Saya bergegas mengubah pengaturan handphone saya ke airplane mode. Tidak lupa mengecek semua barang pribadi saya di dalam backpack. Saya tergolong orang yang teledor untuk benda-benda kecil yang saya bawa.




Hiburan dan Bacaan di Dalam Pesawat

Segera saya memasuki pesawat dan menuju kursi di dekat jendela. Pesawat ini memiliki konfigurasi 2-4-2 di kabin ekonomi dan 2-2-2 di kelas bisnis. Beberapa koran berbahasa Inggris ditawarkan tepat didepan pintu masuk pesawat. Saya mengambil Financial Times dan International New York Times edisi akhir tahun 31 Desember yang berisi rangkaian peristiwa sepanjang tahun 2014 dan outlook 2015.



Pramugaripun memulai membagikan handuk hangat kepada setiap penumpang. Suasana kabin didominasi kursi berwarna abu-abu dan biru kehijau-hijauan. Sebuah layar audio visual, headset, bantal dan selimut sudah tersedia disetiap tempat duduk. Saya usapkan handuk hangat ke wajah saya dan kedua tangan. Segar rasanya meskipun masih mengantuk. Saya antusias dan ingin segera mendarat di Yangon. Tanpa membuang waktu saya nyalakan sistem hiburan di depan saya dan saya memilih koleksi lagu UK Top 10 Singles 2013. Segelar jus jeruk saya pilih sebagai welcome drink. Layar entertaimen sistem dipesawat ini belum touch screen seperti pada pesawat Singapore Airline Jakarta-Singapura yang menggunakan Boeing 777-200. Suasana natalpun masih menghiasi interior kabin,





Makanan dan Minuman


Untuk penerbangan dengan durasi selama 3 jam ini, penumpang kelas ekonomi diberikan makanan. Saya memilih mie goreng babi untuk menu utamanya. Sebuah roti dan butter untuk makanan pembuka. Saya memilih jus jeruk, teh hangat untuk minuman tambahan selain air mineral. Untuk makanan penutup diberikan buah potong berisi nanas, semangka, melon dan anggur merah. Rasa mie gorengnya sangat enak, tetapi rotinya sudah dingin dan teksturnya kurang lembut.











Selama Penerbangan

Saya menghabiskan waktu dengan menonton film, Banyak pilihan aneka film yang ditawarkan. Pemandangan keluar jendela nampak datar berupa langit biru dan sayap pesawat. Namun begitu memasuki wilayah udara Myanmar Selatan, fitus geologi seperti sistem delta dan sungai mendominasi. Delta sungai Irrawaddy merupakan sistem delta yang sudah banyak dibahas dipublikasi sedimentology dan beberapa textbook geologi. Nampak daratan yang datar dan kering dengan sedikit vegetasi.


Yangon Internasional Airport

Setelah 3 jam penerbangan, pesawat mendarat dengan mulus dan selamat di landasan pacu Yangon Internasional Airport. Saya terkagum dengan bangunan berornamen kuning di tengah terminal bandara. Bangunan itu adalah bangunan awal terminal Yangon Airport. Disamping kanannya berdiri bangunan modern yang megah sebagai terminal internasional dan sebelah kirinya sedang tahap konstruksi untuk terminal domestik. 

Segera saya berjalan keluar pesawat menuju bagian imigrasi. Bangunan yang didominasi kaca ini nampak terang karena pancahayaan alami dari luar. Suasanya Bandaranya cukup bersih dan proses imigrasinya sangat cepat.


Disini saya menukarkan $ 200 USD yang saya bawa di money changer di dekat conveyor belt pengambilan bagasi. 1 USD = 1032 Kyats waktu itu (31 Desember 2015). Untuk keperluan komunikasi disamping money changer terdapat konter cellular provider Telenor. Untuk membeli sim card yang baru cukup seharga 1500 Kyats. Meskipun USD diterima secara luas di Myanmar (taksi, restaurant, hotel, cafe dan tempat wisata), memiliki Kyats sangat saya sarankan.

Kemudian saya melakukan top up 10000 Kyat untuk mendapatkan tambahan paket 120 menit percakapan dan 2 GB akses internet. Di konter ini tersedia berbagai macam sim card, baik yang reguler, mikro atau nano. Membeli sim card sangat jauh lebih murah daripada mengaktifkan roaming internasional. Sebagai contoh international roaming Telkomsel seharga 1.5 Juta Rupiah selama 7 hari untuk 10 MB. Sedangkan waktu sampai di Singapore tarifnya hanya 150 ribu rupiah unlimited internet access untuk 1 hari. Karena Myanmar baru membuka diri untuk investasi asing termasuk di sektor telekomunikasi, maka kita harus maklum jika banyak tempat yang susah dapat sinyal seluler atau akses internet. Saya jadi bersyukur tinggal di Indonesia meskipun kecepatan internetnya masih diperingkat 77 dunia.


Welcome to Myanmar!!

bersambung...

Tidak ada komentar: