Minggu, 22 Februari 2015

30 Tahun Pengalaman Traveling Saya


Banyak yang bilang usia 30 tahun adalah usia yang penuh tantangan. Tapi setiap tantangan yang ada adalah untuk dihadapi dan ditaklukan bukan untuk dihindari. Perjalanan saya di usia 30 tahun melintasi berbagai provinsi di Indonesia dan beberapa negara di 3 benua, Amerika Serikat, Dubai, Jepang, Filipina, Myanmar, Singapura dan Australia. 

Saya tidak pernah menyesali keputusan pindah bekerja di perusahaan yang baru di Jakarta dan memulai kehidupan baru pada awal tahun 2012. Jakarta telah memberi saya kesempatan yang besar dalam semua sisi kehidupan termasuk dalam hal traveling.

Houston - Austin - San Antonio

Saya masih ingat malam itu, Jumat, 21 Februari 2014 pukul 7 malam di musim dingin saat saya berada di Houston, Texas. Saya mulai memanaskan mobil sedan Chevrolet Impala yang berwarna hitam.  Malam itu menjadi pengalaman pertama kali saya menyetir mobil sendiri keluar Houston menuju Austin, ibu kota negara bagian Texas. Dengan jarak sekitar 150 mil, jalanan di Texas sangat lebar dan mobil melaju dengan cepat bisa 80-120 mil/jam. Menyetir mobil sedan diantara truk-truk berukuran besar seperti di film transformer sangat mendebarkan. Di tengah suasan malam yang gelap dan sedikit pencahayaan di jalan. Pukul 10:20 malam saya tiba di Austin. Melewati gemerlap kehidupan malam dan hingar bingar suasana cafe dipinggir jalan. 

Dengan bantuan aplikasi Yelp untuk mencari restaurant yang enak akhirnya memutuskan untuk makan malam di Eddie V restaurant. Saya memarkir mobil saya di public car parking, begitu keluar dari mobil cuaca dingin menusuk tulang. Segera saya berlari menuju ke dalam restaurant. Karena tidak reservasi sebelumnya, kebetulan meja yang tersedia adalah yang paling depan, di depan piano. Malam itu dihibur oleh sebuah band yang 4 dari 5 anggotanya memiliki keterbatasan penglihatan/buta. 

Mereka memainkan lagu-lagu romantis dan jazz. Saya dangat terpukau dengan semangat bertahan hidup mereka, meski dalam segala keterbatasan mereka masih bekerja keras, berkarya dan tidak tergantung dengan orang lain. Air matapun hampir menetes saat meluhat orang yang tidak bisa melihat sama sekali memainkan jari-jarinya diatas piano dan dawai gitar. Kadang kita yang memiliki 5 panca indra yang sempurna masih suka bermalas-malasan dan banyak mengeluh.

Besok paginya saya tur keliling kota Austin, mengunjungi Texas Capitol, The University of Texas at Austin dan sebuah bukit di tepi sungai dengan pemandangan yang menakjubkan, Mount Bonnell. Austin adalah kota yang nyaman untum ditiggali dan termasuk kota besar dengan biaya hidup yang dibawah rata-rata jika dibanding dengan kota besar lainnya. Terlebih Austin adalah kota pelajar juga. Terbesit keinginan untuk melanjutkan studi S2/S3 di kampus itu namun untuk diterima disana sangat kompetitif. Sekitar jam 11 siang saya melanjutkan perjalanan darat ke San Antonio, kota dengan arsitektur Spanyol/Mexico. San Antonio adalah kota wisata dan kota pusat eksibisi di Texas. Kota ini memiliki kanal yang memecah pusat kota. Saya mencoba boat tour diatas kanal yang mengekilingi kota tua ini. Menikmati santap makan di restaurant di tepi kanal adalah pilihan yang sempurna. Sekitar pukul 6 sore saya melanjutkan perjalanan kembali ke Houston.

Los Angeles dan Las Vegas

Akhir pekan berikutnya saya terbang ke Los Angeles dengan transit di Atlanta menggunakan pesawat Delta Airlines. Sungguh penerbangan yang aneh yang saya pilih mau menuju pantai barat malah ke timur terlebih dulu. Ada cerita seru dibalik tragedi salah booking penerbangan ini. Dengan waktu transit yang singat cuma 50 menit di salah satu bandara terpadat di USA, jalan cepat plus lari-lari kecil demi mengejar connecting flight ke Los Angeles. Tapi puas setelah diatas udara sayadisuguhi dengan free 30 menit free wifi. Lumayan bisa digunakan untuk booking airbnb untuk menginap satu malam di pusat kota LA tepat di distrik keuangan. Begitu mendarat di LA airport saya kemudian menyewa mobil sedan kecil Chevrolet Santa Cruz selama dua hari. Baru sepuluh nyetir di LA sudah kena semprit LAPD karena salah jalan. Demi menghemat biaya saya tidak menyewa GPS dan hanya mengandaklakan google map dan aplikasi waze.

Akhirnya sampai LA downtown area. Sore itu meskipun gerimis saya jalan kaki ke Staples Centre dan LA live. Suasananya sangat ramai karena pertandingan basket baru saja selesai. Malam harinya say memutuskan naik metro bawah tanah ke Holywood. Masih dalam suasana hujan dan tidak tahunkalau besoknya adalah perhelatan piala OSCAR, beberapa tempat ditutup untuk dijadiin red carpet menuju pusat acara. Malam yang dingin itu saya naik ke rooftop apartemen yang saya sewa. Pemandangan pusat kota LA yang menakjubkan berhiaskan lampu-lampu.

Pagi harinya saya nyetir ke Las Vegas selama 4 jam. Setelah memarkir mobil di samping sebuah kasino jadi gratis deh parkirnya, saya kemudian jalan-jalan sore menikmati suasana Las Vegas Strip. Setelah lelah dan lapar saya memasuki Aria Resort & Casino dan mencicipi sebuah restuarant Italia dan melihat susana kasino di dalamnya. 

Menonton pertunjukan Cirque Du Soleil di Aria Resort. Saya menonton pertunjukan Zakarna. Dengan membeli tiket seharga 150 dollar yang paling murah dan datang lebih awal, akhirnya kursi saya diupgrade ke kelas diatasnya. Pertunjukkannya sungguh memukau, presisi dan hampir tanpa catat. Dibutuhkan kedisiplinan dalam berlstih sirkus. Saat menonton inijangan coba sekali-kali mengekuarkan handphone dari kantong, pasti akan langsung di datangi petugasnya dan ditegor. Setelah makan malam akhirnya saya melanjutkan perjalanan ke Las Vegas Airport untuk mengejar penerbangan jam 00:20 dini hari ke Houston dan mengembalikan mobil sewaan. Takjub karena di airportpun terdapat mesin-mesin judi. Airport di Las Vegas adalah salah satu yang terbaik menurut saya dari sisi memanjakan calon penumpang, karena disediakan wifi gratis dan banyak colokan listri. Saya menggunakan Spirit Airlines untuk terbang malam itu.

East Coast : New York, New Jersey, Philladephia, Washington DC, Buffalo dan Boston

Jumat malam minggu depannya saya terbang ke Newark Airport di New Jersey dengan United Airlines Houston-Newark-Boston-Houston dengan tiket seharga 400 USD belum bagasi 20 kg masing-masing trip 25 USD. Sampai di airport antara jam 2-3 dini hari, sepi susah cari colokan apalagi wifi gratis. Saya mengikuti tour East Cost 7 hari menggunakan bus ke beberapa kota yaitu New York City, New Jersey, Philladelphia, Washington DC, Niaga Falls dan Boston. Dalam seminggu saya mengunjungi beberapa negara bagian di wilayah pantai Timur. Dari melihat metropolitan New York City dari atas Empire Building sampai ke museum-museum dengan koleksi seni mengagumkan di New York dan Washigton DC. Pertama kali memegang salju dan bermain salju di Niaga Falls dan menghabiskan hari terakhir di Boston.

Dubai, Uni Emirates Arab

Saya kembali ke Jakarta dengan menggunakan penerbangan kelas bisnis Emirates Houston-Dubai-Jakarta. Berhubung transit di Dubainya cukup lama sekitar 12 jam, saya mendapatkan voucher menginap di Hotel Le Meredien Dubai. Satu hal yang saya sesali adalah tidak naik taksi ke pusat kota Dubai dan menikmati keindahan malam disana.

Tokyo dan Kyoto, Jepang
Bulan Juli tahun 2014 adalah pertama kalinya saya ke negeri sakura. Dengan menggunakan pesawat Garuda Indonesia saya mendarat di Narita Airport. Dua destinasi utama saya adalah Tokyo dan Kyoto. Menikmati gemerlap metropolitan kota Tokyo dan ratusan kuil di Kyoto serta kelezatan kuliner Jepang patut untuk dicoba. Tidak lupa saya juga mendaki Gunung Fuji meskipun tidak sampai puncak. Karena walaupun musim panas tapi waku itu adalah musim badai yang diprediksi akan melewati Tokyo pada skhir pekan, jadi pemandangan gunung Fuji tertutup awan dan hujan tiap hari di seluruh Jepang.

Manila, Filipina

Emang ada apa sih di Manila? Kenapa tidak ke Thailand atau Vietnam saja? Tiga malam di Manila memberi kesan yang mendalam buat saya. Saya mengikuti tout ke daerah super kumuh di Manila, jauh lebih kumuh dari pemukimam kumuh di Jakarta. Hal ini membuat saya bersyukur bahwa seburuk apa pengalaman hidup yang pernah saya lalui, masih ada yang lebih buruk lari. Mengelilingi sepeda di Intermuros kota tua peninggalan Spanyol di Manila adalah hal yang wajib dilakukan. Saya juga ke museum dan belajar sejarah Filipina, kebudayaan dan seninya.

Yangon dan Bagan, Myanmar

Menikmati keesotikan Myanmar, melalui pintu gerbang eks ibu kota mereka dan kota terbesar saat ini, Yangon dipenghujung tahun 2014. Kemudaan bebas visa selama 14 hari untuk pemegang pasport Indonesia sejak Juli 2014 saya manfaatkan. Ini bukan perjalanan yang murah, karena Myanmar baru saja membuka diri untuk dunia luar dan investasi luar negeri sejak 2012. Belum banyak penerbangan apalagi direct flight dari Jakarta. Mengunjungi Pagoda Shwedagon terbesar dan tertua di Yangon  dan patung Reclining Budha. Menikmati jalanan di pusat kota Yangon banyak menjumpai bangunan-bangunan bekas peninggalan kolonial Inggris. Orang-orang disini lebih tertib dalam mengantri kendaraan umum. Mereka hanya menunggu bus tepat di halte bus meskipun haltenya kecil. Suasana kota ini seperti Yogyakarta/Semarang 20 tahun lalu. Menikmati malam pergantian tahun baru di kota ini dengan segala suguhan tarian tradisional dan live musik sungguh menyenangkan.

Perjalanan berikutnya saya terbang ke  kota bersejarah di Myanmar, yaitu Bagan. Bagan adalah pusat kerajaan dan budaya Budha sekitar abad ke-10 sampai abad ke-14. Dimana itu dibangun ribuan pagoda. kuil, stupa dengan menggunakan batu bata. Arsitektur bangunannya sangat simetris. Terletak di point bar sungai Irawadi, bangunan-bangunan bersejarah ini masih kokoh berdiri selama ratusan tahun. Meskipun beberapa sudah agak rusak karena pernah dilanda gempa bumi yang cukup besar. Menyeberangi Sungai Irawadi dan menaiki bukit untuk melihat kota Bagan dari atas merupakan pengalaman menakjubkan. Disini kita bisa belajar banyak dengan fitur-fitur geologi di sekitar lembah dan Sungai Irawadi. Pagi hari saya menikmati ribuan kuil ini dari atas balon udara. Sungguh pengalaman yang berharga mahal dan tidak pernah saya sesali untuk menikmatinya. 

Singapore

Sudah empat tahun tidak mengunjungi kota ini, selalu ada yang baru yang disuguhkan Singapura untuk menarik turis asing. Jalan kaki dari China Town menuju Marina Bay Sand di sore hari sangat nyaman sekali. Cuaca yang bersahabat hari itu. Tidak lupa singgah ke dalam Marina Bay Sand untuk window shopping dan mencicipi ice cream. Saya kemudian melanjutkan perjalanan ke  Garden By The Bay. Menikmati koleksi tanaman dari berbagai belahan dunia dan air terjun buatan. Takjub saya dengan Singapura, meskipun mereka tidak punya keanergaraman biodiversitas seperti Indonesia, mereka berusaha mengumpulkan dan melestarikannya. Meskipun Indonesia punya banyak pemandangan alam dan air terjun alami yang luar biasa mereka tidak mau kalah untuk menirunya.

Melbourne dan Adelaide, Australia

Tahun ini saya memulai perjalanan hidup saya bermigrasi ke Benua Kanguru, Australia untuk mencari pengalaman hidup dan masa depan yang lebih baik. Ini merupakan keputusan terbesar saya dipenghujung usia 30 tahun. Perjalanan luar biasa melewati berbagai tantangan hidup, kegembiraan, kesedihan, perjuangan dan impian akan selalu membawa kita ke level yang lebih tinggi lagi.

Jumat, 13 Februari 2014 tepat sebelum hari Valentine pukul 10:30 malam pesawat Garuda Indonesia GA 716 dengan pesawat Airbus 330-200 membawa saya ke penerbangan langsung menuju kota Melbourne, Australia. Tidak pernah terbesit keinginan untuk merantau ke negera orang sampai akhirnya saya mendapatkan kesempatan emas ini. Meninggalkan pekerjaan yang sudah mapan di Jakarta merupakan tantangan tersendiri. Hidup di negara orang dengan biaya hidup yang jauh lebih mahal jika dibandingkan Jakarta dengan pemasukan yang jauh lebih sedikit dari yang saya dapatkan di Indonesia merupakan tantangan tersendiri.

Dalam seminggu saya di Australia saya mengunjungi dua kota besar yaitu Adelaide, ibu kota negara bagian Australia Selatan dan Melbourne, Ibu kota negara bagian Victoria. Saya datang ke Adelaide di musim panas, temperatur siang hari sempat mencapai 42 derajat celcius. Penerbangan lanjutan dari Melbourne ke Adelaide menggunakan Qantas. Secara service Garuda Indonesia jauh lebih baik. Sempat tertidur di pesawat saya pembagian makanan, akhirnya terlewat dan hanya mendapatkan minuman.  Adelaide dan Melbourne merupakan top 10 world's most liveable city. Kedua kota ini sangat nyaman untuk ditinggalin. Sampai ke Adelaide tepat dimusim festival,  Adelaide Fringe dan Adelaide Festival. Di kota ini banyak sekali live music di pinggir jalan dan pojokan blok. Selain itu, pada penerbangan saya ke Adelaide, hampir 90 persen penumpangnya adalah warga kebangasaan/keturunan India dan Pakistan. Karena besoknya adalah pertandingan world cup nya kriket live anatara Pakistan vs India di Adelaide Oval. Adelaide merupakan 5 kota terbesar di Australia dengan biaya hidup yang palinng murah. Penduduknya sekitar 1 juta. Publik transport sangat bagus, ada bus, tram dan kereta. Bahkan untuk kawasan CBD ada bus dan tram gratis. Semua tertata rapi, jalan raya juga menyediakan jalur khusus sepeda. Australia Selatan merupakan pusat wine di Australia dan kualitas wine nya sudah mendunia. Bagi pecinta beer, Coopers merupakan merk bir yang berasal dari sini.

Melbourne, kota metropolitan yang berpenduduk sekitar 3 juta jiwa. Menawarkan kehidupan yang lebih gemerlap daripada Adelaide. Saya mengunjungi kota ini beberapa hari sebelum hari ulang tahun saya. Setibanya di Airport saya langsung menuju Maldon, Australia's first notable town. Merupakan eks kota tambang emas pada masa Victoria Gold Rush. Kota kecil dengan penduduk sekitar 1500 jiwa menawarkan resturant dan barang-barang antik. Maldon mempunyai festival tahunan terbesar yaitu Easter Festival. Datanglah kesini saat hari raya paskah dan kamu akan menyaksikan parade paskah yang tahun ini sudah ke-138. Saya juga mengunjungi menara pengawas api/asap di atas sebuah bukit. Kebetulan penjaga menaranya baik hati dan mempersilakan saat memasuki statiun pengawasan di paling atas. Mengunjungi kota ini serasa berada di masa keemasan Maldon di akhir tahun 1800. Disini saya pertama kali melihat kanguru liar secara langsung dari dekat kurang dari 10 meter dan mengambil foto. Melihat rombongan kanguru melonjak di antara pepohonan dan singkatan batuan granit diperbukitan Maldon sungguh pengalaman yang menyenangkan.

Malam sebelum pergantian usia saya, 21 Februari 2015, saya kembali ke Melbourne dan menikmati down town kota Melbourne. Menaiki Eureka Sky Desk di lantai 88 gedung Eureka, saya bisa melihat Melbourne secara 360 derajat. Naiklah free tram dengan desain yang masih kuno mengelilingi pusat kota Melbourne. Meskipun saya kurang beruntung karena siang itu tiba-tiba cuaca berubah dari panas menjadi hujan dan saat hujan saya sedang di dalam free tram ini. Kondektur tram memberi informasi kalau beberapa instrumen kemasukan air dan demi keselematan tram berhenti di tengah jalan dan semua penumpang haru turun dan menunggu tram berikutnya saat masih hujan. Pengalaman yang seru. Jangan lupa menikmati cafe kopi khas Melbourne saat mengunjungi kota ini.

Melbourne White Night Festival. Beruntung sekali malam itu sejak Sabtu, 21 Februari 2015 pukul 5 sore,  semua jalanan di CBD Melbourne di tutup untuk acara white night sampai Minggu, 22 Februari 2015 pukul 7 malam. Berbagai atraksi seni berada di jalanan utama Melbourne. Atraksi utama adalah permainan laser/LED di dinding katedral di pusat kota. Jalanan pusat kota Melbourne penuh dengan orang yang jalan kaki berjelalan, mungkin seperti malam muda-mudi yang pernah di adakan di Bundaran HI Jakarta.

Pagi hari, Minggu, 22 Februari 2015. Saya menulis ini di ruang tunggu Melbourne Airport. Kembali merefleksikan diri selama 30 tahun terakhir saya hidup, bukan untuk sombong atau berpuas diri tapi lebih untuk menghargai setiap pencapaian yang sudah saya dapatkan dan menyiapkan diri untuk pencapaian-pencapaian besar di masa yang akan datang. Bahwa apapun latar belakang kita, asal kita dari anak desa atau dari keluarga kurang berada kalau mau berubah, bekerja keras dan menatap kedepan pasti akan selalu ada jalan.

Saya masih ingin traveling sampai 30 bahkan 60 tahun lagi. Saya masih ingin mengejar impian saya menjadi orang yang memberi pengaruh buat orang lain. Tidak mudah, benar!! Namun saya tidak akan menyerah.

Best Wishes,
Melbourne Airport, Tullamarine, Victoria
22 Februari 2015


Carl Fakaruddin


3 komentar:

Unknown mengatakan...

Kakak ... selamat ulang tahun, semoga makin caem makin kece dan makin sukses. Senang nya bisa keliling dunia dengan bisnis class hahaha jadi mauuuuu #Koplak

Unknown mengatakan...

thanks you mas cumi #lebay

Unknown mengatakan...

Membuka Usaha Bar Cafe sekarang bisa membuat omset jutaan loh silahkan klik Usaha Bar Sukses Menggunakan Beer dan WIne Cooler Salam Sukses. :)